Kepompong

Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Kata-kata itu adalah potongan kecil dari sebuah lagu yang setidaknya sudah tiga bulan ini 'bergaung' di rumah saya pagi, siang, malam. "Siapa yang nyanyi?" tanya saya pada anak-anak saya, yang mau tidak mau memotong kalimat yang sedang dinyanyikan mereka. "Sindentosca ...bunda", jawab anak saya, enak ya lagunya, bunda suka?" tanyanya, lalu kembali melanjutkan kata-kata yang terpotong tadi. Tak lama kemudian di layar televisi muncul anak-anak idola cilik yang secara kelompok menyanyikan lagu ini, lengkap dengan gayanya. Yang membuat saya tertegun, kemudian kedua anak saya ini langsung bergerak mengikuti gerakan anak-anak idola cilik yang sedang menyanyikan lagu tersebut. Kedua tangan disilangkan didepan dada, lalu dibungkukannya badannya sambil bergerak ke kiri dan ke kanan... dan seterusnya. Dasyat....kapan latihannya, pikir saya dalam hati.

Cukup lama untuk saya untuk mengerti muatan lagu ini. Persahabatan bagai kepompong? kok bisa, baru kali ini saya dengan ungkapan seperti itu. Rasa penasaran saya akhirnya membawa saya untuk duduk di depan layar televisi dan menantikan munculnya si vocalist untuk menyanyikan lagu ini, atau kadang saya menyuruh anak saya untuk menyanyikan lagu ini. Ternyata kata-kata lagu ini memang indah. Begitulah seharusnya kita bersahabat, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Mengubah sesuatu yang kurang berarti (bukankah pada umumnya ulat adalah hama perusak tanaman), menjadi sesuatu yang indah dan memberi arti lebih bagi sekitarnya. Siapa pun tahu arti kupu-kupu bagi kehidupan ini. Keberadaannya bukan saja sanggup menghiasi dunia kita ini menjadi lebih indah, bayangkan bila kita berada di sebuah taman, kemudian beberapa kupu-kupu terbang disekitar kita, tidakkah taman itu akan tampak lebih indah? Tidak hanya itu, dibalik kecantikan sayapnya kupu-kupu adalah perpanjangan tangan Tuhan yang mempertemukan serbuk sari ke kepala putik, yang kemudian dari perpaduannya akan tumbuhlah tunas-tunas tumbuhan yang baru.

Lalu, apa yang terjadi didalam kepompong yang bisa mengubah ulat menjadi kupu-kupu ini? Saya tidak tahu,... misterius, bagi saya. Ulat jadi kupu-kupu? Bagian mana yang jadi sayapnya, kok bisa ada ....ah pokoknya misterius.

Seandainya saja setiap persahabatan punya hasil seperti itu. Sayangnya, banyak persahabatan yang berakhir dengan permusuhan, walaupun tidak sedikit pula yang terjaga baik sampai mereka tua. Nah, lalu kenapa persahabatan bisa berubah menjadi permusuhan?

Bila persahabatan disebut bagai kepompong, berarti persahabatan bisa merubah seseorang menjadi lebih baik. Didalam persahabatan harus ada rasa saling menghargai, ada kerendahan hati untuk menerima kekurangan seseorang, harus ada rasa 'legowo' dan tidak iri hati ketika sahabatnya mendapatkan sesuatu yang lebih dari dirinya (mungkin jabatan, kekayaan, dll), harus ada empati juga simpati bagi sahabatnya dan yang terutama adalah ...kasih. Tanpa itu semua persahabatan tak akan lama berdiri. Mungkin inilah isi kepompong persahabatan, bila kita bertahan dalam beberapa 'rasa' yang saya sebutkan tadi, maka saya yakin persahabatan bisa kita pertahankan terus, terus dan terus. Nah, bila kita sudah punya beberapa 'rasa' tadi, maka bukan hanya persahabatan saja yang bisa kita pertahankan, tetapi kita menjelma menjadi pribadi yang menarik....dan semoga bisa diterima dimanapun kita berada...seperti kupu-kupu hehehe.

Hanya saja saat kita merasa 'sangat dekat' dengan seseorang yang kemudian kita sebut sebagai sahabat, kita sering lupa......bicara seenaknya, guyon seenaknya juga. Kadang kita lupa bahwa sahabat juga manusia....yang punya rasa dan punya hati yang harus kita jaga dan dihargai. Inilah yang seringkali menjadi pemicu pecahnya persahabatan. Menurut teman saya, ...semakin kita dekat dengan seseorang, semakin kita harus menghargai dan mengerti mereka dan semakin-semakin lainnya, kalau mau langgeng tentunya.

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amz)

Komentar

Postingan Populer