Bete

Aku bete bunda,......pokoknya liburan kali ini aku bete banget. Kenapa sih kita gak ke Samarinda, atau Balikpapan, atau Jakarta Fair bunda", kata anak perempuan saya. Diawal liburan lalu, saya dan suami saya memang memberikan pilihan kepada kedua anak saya. Dibelikan sesuatu yang mereka sudah lama idam-idamkan sebagai hadiah kenaikan kelas, atau berlibur ke Samarinda. Saat pilihan kami lontarkan, mereka kontan menjatuhkan pilihan pada sesuatu yang sudah lama mereka idam-idamkan itu. Lalu saya dan suami saya menyetujui akan membelikan benda tersebut, dengan konsekuensi mereka akan menghabiskan liburannya di rumah. Rupanya baru setengan jalan liburan mereka lalui, mereka sudah bosan dengan benda tersebut. Maka keluarlah kata-kata diatas tadi. Anak laki-laki saya mulai merengek untuk pergi berlibur ke kota lain, tapi saya dan suami saya mengingatkan akan pilihan yang telah diambilnya. Point-nya adalah mengajarkan mereka untuk bertanggungjawab atas pilihan yang telah mereka ambil, bukankah hidup itu dipenuhi dengan pilihan-pilihan, yang sering kali membingungkan kita yang mana yang harus dipilih, namun kemanapun pilihan itu dijatuhkan kita dituntut untuk bertanggungjawab atas pilihan itu.

Sekedar menghilangkan sedikit rasa bete mereka, tadi malam suami saya mengajak kedua anak saya keluar. Tujuan utamanya sih membeli sabun mandi yang memang terlupakan saat belanja bulanan. "Aku bawa anak-anak ya", kata suami saya, dibawa naik motor kan pasti senang. Saya agak ragu, mengingat hari sudah malam, tapi rasa kasihan saya melihat kejenuhannya dirumah, akhirnya mengiyakan ide suami saya.

"Hore...hore..hore", teriak mereka. Melonjak dari tempat duduknya, mencari baju hangat dan celana panjang, dipakainya sepatu. Ajaib..tidak lebih dari lima menit mereka sudah siap hehehe.
"Jaga rumah ya bun", kata anak laki-laki saya, maaf ya bunda aku tinggal, gak papa kan?" tanyanya lagi...... tanda cinta. Ini yang selalu membuat saya rindu pada anak-anak saat mereka tidak terlihat oleh mata saya.

Jarum jam pendek sudah bergeser ke angka sepuluh, dan jarum panjangnya antara sebelas dan dua belas, tiba-tiba handphone saya berbunyi. "Bun, maaf ya kita masih lama loh, jangan marah ya kalo kita pulang", kata anak perempuan saya diseberang sana. Ceria sekali walau hari sudah larut..... Setengah jam kemudian, jari-jari kecil mereka mengetuk pintu depan rumah saya. "Hai bunda....", sapa mereka, bunda gak papa kan?" lanjutnya.

Malam itu suami saya menceritakan, betapa anak-anak gembira malam itu. "Kasihan, mereka jenuh liburan ini, tadi sepanjang jalan mereka bernyanyi-nyanyi", katanya.

Hmm,
Itulah anak-anak, membuatnya menjadi senang sebenarnya sangat mudah. Caranya, beri saja apa yang mereka inginkan. Mau mainan? Belikan saja, mau pergi? bawa saja mereka ketempat yang mereka mau. Percayalah mereka akan senang, mudahkan?
Tapi, itu tidak akan saya lakukan.....hidup tidak hanya sekedar senang bukan, ada banyak hal yang harus dipelajari, bahkan saat mereka masih kecil.
Maaf anak-anakku, mungkin liburan tidak terlalu menyenangkan untuk kalian, tapi kalian sudah memilih...., kita sama-sama belajar memikul tanggungjawab ya. Memikul sesuatu tidaklah mudah.......Dan ini adalah bentuk tanggungjawab ayah dan bunda sebagai orang tua untuk membuat kalian tahu arti tanggungjawab. Supaya kalau kalian besar nanti bisa jadi orang hebat....

Peluk cium,
Ayah&Bunda

Komentar

Postingan Populer