Ungkapkan Cinta !

Ditinggal seseorang yang dicintai dalam hidup kita, selalu meninggalkan kesedihan yang mendalam. Entah itu ditinggal karena orang yang kita cintai itu pindah ke tempat lain yang menjadikan kita tidak bisa bertemu dengan intens, walaupun saat ini jarakbukan lagi masalah untuk berkomunikasi, tetapi bicara melalui telepon, email atau chatting tidaklah sama rasanya. Berbicara sambil memandang matanya atau sesekali menyentuh tangannya, tertawa bersama, takkan pernah bisa tergantikan oleh kecanggihan teknologi ini (menurut saya). Kesedihan itu bertambah dalam ketika orang yang kita cintai pergi, dan benar-benar pergi dari sisi kita untuk selamanya, apalagi yang bisa menghubungkan kita dengannya.

Sore kemarin, saya mengunjungi teman saya yang seminggu lalu ditinggal ayahnya. Ayahnya tinggal di pulau lain yang jaraknya cukup jauh, walau ditempuh dengan pesawat sekalipun. Matanya masih sembab, tanda ia masih terpukul dengan kepergian ayahnya tercinta. Walaupun ia sanggup bercerita tentang perjalanannya, firasatnya dan penyesalannya karena merasa masih ingin berlama-lama ngobrol dengan ayahnya, sesekali airmatanya masih tumpah membasahi pipinya. Merasa tidak yakin ayahnya akan berpulang secepat itu. "Januari lalu, terakhir kali aku nengok bapak, aku sempet bilang, sehat ya pak, bulan September bapak aku jemput untuk wisuda adik di Kaltim". Bapak bilang,"Ya, aku masih hidup sampai 90 tahun kok". "Kenapa tiba-tiba bapak kok pergi", katanya pada saya. Saya hanya diam, entah apa yang harus saya katakan. Katanya lagi," banyak sekali orang bilang, sabar,sabar, jangan menangis terus". "Tapi aku nggak bisa", katanya. Saya jadi teringat pesan seorang romo beberapa tahun silam, "kalau kita mengunjungi seorang yang tengah berduka, doa adalah lebih baik dari pada ribuan kata-kata yang kita keluarkan. Sebab mungkin kita tidak bisa merasakan apa yang ia rasakan. Jangan sampai kita bermaksud menghibur, malah membuat orang tersebut menjadi lebih berduka. Doakan saja". Lalu teman saya bercerita juga tentang penyesalan adiknya. "Kasihan betul anak itu, tahun 2000 dia merantau, dan selama itu dia belum pernah pulang. Sebetulnya dua tahun lalu dia mau pulang, tapi karena kerjaan barunya tidak memungkinka dia untuk pulang. Selalu ada saja penghalang kalau dia mau pulang. Sembilan tahun tidak bertemu, tiba-tiba dapat kabar bapak pergi dari kita semua".

Cerita seperti ini tidak hanya sekali ini saja saya dengar, bagi kami para perantau yang hidup jauh dari orang tua hal ini sangatlah mungkin terjadi. Mengingat kami jarang bertemu, walaupun komunikasi lewat telepon, handphone masih terjadi, kadang rasa kaget terjadi ketika bertemu melihat perubahan wajah saudara-saudara atau orang tua yang telah berubah. Hal seperti itu tidak akan pernah dirasakan bila kita sering bertemu. Bila melihat perubahan demikian saja saya cukup kaget, apalagi bila suatu saat saya mendengar berita kepergian salah satu orang yang saya cintai.

Hidup selalu dihiasi dengan berita suka dan duka. Dan kita semua akan mengalaminya. Berita suka akan datang dan kita akan menyambutnya lalu berlalu seakan memang berita itu memang harus ada, tetapi lain hanya bila kita menerima berita duka. Menerimanya akan memporak porandakan hati kita, dan takkan hilang sehari, seminggu, sebulan bahkan setahun. Apalagi berita kehilangan orang yang kita cintai. Namun selama kita masih berada si bumi ini, berita itu pasti akan datang. Kata orang, kehilangan orang yang kita cintai itu seperti arisan. Digoncang, hari ini nama si A yang keluar, selanjutnya si B dan begitu seterusnya. Dan suatu saat nama kitalah yang akan keluar.

Menyadari akan kenyataan itu, ada baiknya kita selalu menyatakan rasa sayang, rasa cinta kita pada orang-orang yang kita cintai selama mereka masih ada. Selama orang-orag tersebut masih bisa mengerti dan merasakan ungkapan cinta kita. Ada masanya ungkapan cinta kita akan menjadi sia-sia ketika orang-orang yang kita cintai itu sudah berada jauh dari kita.

Komentar

Postingan Populer