Seminggu ini keluarga Bunglon bersedih hati. Mama Bunglon, setiap hari menangis karena dia tidak bisa menemukan
anaknya yang sangat ia cintai. Sudah
seminggu ini, anak kesayanganya, Bungli tidak pernah pulang.
Papa dan Mama Bunglon sudah mencari kemana-mana, tetapi mereka tak
menemukan jejak anak kesayangannya itu.
"Pa, coba minta
bantuan teman-teman kita yang lainnya, siapa tahu mereka dapat membantu
menemukan Bungli , sehingga anak kita bisa lebih cepat ditemukan", Mama Bunglon memohon kepada Papa Bunglon sambil menangis terisak.
"Kasian anak kita Pa,
jangan-jangan dia sudah ditangkap manusia, lalu dimasukkan ke dalam kandang
yang kecil....hu..hu...hu..," tangis Mama Bunglon semakin keras.
"Aku tidak bisa
membayangkan Pa, Bungli pasti kelaparan, dan tidak lama lagi akan mati," kata Mama Bunglon sambil menyeka
air matanya yang terus turun membasahi pipinya.
"Tenang Ma, nanti
kita minta bantuan kepada seluruh bunglon yang ada di hutan ini, aku yakin mereka mau membantu mencari Bungli,"
Papa bunglon menenangkan Mama Bunglon.
Tak lama kemudian, seluruh
bunglon yang hidup di hutan itu berkumpul di depan rumah Papa Bunglon.
"Teman-temanku
semua, sudah satu minggu ini, anakku Bungli menghilang. Aku dan istriku sudah mencarinya kemana-mana,
tetapi Bungsi belum bisa kutemukan. Aku
berharap kalian bisa menolongku mencari anakku yang hilang," kata Papa
Bunglon.
"Baik,
Pak," sahut seluruh bunglon dengan semangat.
"Kami akan
berusaha menemukan Bungli, Pak," kata Niku bunglon besar yang dikenal paling berani di hutan itu.
Keesokan harinya
seluruh bunglon di hutan itu pergi mencari Bungli. Mereka berpencar pergi ke arah yang
berbeda-beda, seperti apa yang katakan oleh Papa Bunglon.
"Bungli...Bungli....Bungli,"
teriak beberapa bunglon dengan sekuat tenaga.
Mereka berharap Bungli
akan mendengar panggilan itu. Namun,
panggilan mereka tidak juga mendapatkan jawaban dari Bungli. Sudah seharian mereka mencari Bungli, tetapi mereka
belum juga menemukannya. Mereka mulai kelelahan, dan akhirnya mereka
memutuskan untuk beristirahatlah pada
sebuah pohon besar yang tumbuh di halaman sebuah rumah. Sambil beristirahat, mereka mendengar
percakapan pemilik rumah itu.
"Bu,
beberapa hari ini aku melihat binatang aneh di pohon bambu," cerita anak
laki-laki berambut keriting kepada ibunya."
"Binatang
aneh katamu?" tanya ibunya penasaran.
"Iya,
Bu. Binatang itu warnanya coklat,
ekornya panjang, tetapi aku tak tahu bentuknya seperti apa, karena ia selalu
bersembunyi dibalik pohon bambu yang rimbun" anak itu menerangkan.
"Setiap
kali aku mendekatinya, binatang itu selalu cepat-cepat pergi menjauh,"
lanjutnya.
"Sepertinya
dia penunggu pohon bambu, bu," kata dengan mata berbinar-binar.
Pembicaraan ibu
dan anak itu, terdengar oleh Niku Bunglon yang sejak tadi tidak bisa tidur
karena terus memikirkan Bungli.
"Eh,....bangun,
bangun!“ Niku membangunkan teman-temannya yang tidur kelelahan.
“Kalian dengar
pembicaraan manusia di rumah itu?" tanya Niku Bunglon kepada
teman-temannya.
"Ya, aku
dengar," salah satu bunglon menjawab.
"Di pohon
bambu ada binatang berwarna coklat, ekornya panjang, apakah itu Bungli?"
tanya yang lainnya.
"Ayo kita
lihat teman-teman, siapa tahu itu Bungli," kata Niku Bunglon.
Seluruh bunglon
yang sedang istirahat itu bergegas menuju pohon bambu yang ada di dekat rumah
itu.
"Bungli....Bungli...,"
panggil Niku. Mendengar namanya dipanggil, Bungli senang tidak kepalang. Dia sangat mengenal suara itu.
"Niku,
engkaukah itu?" tanya Bungli.
"Aku di
sini Niku," sahut Bungli sambil mengeluarkan kepalanya dari balik pohon dedaunan
pohon bambu.
Mereka sangat
senang bisa menemukan Bungli dalam keadaan selamat.
"Ayo cepat
kita pulang, keluargamu sudah menunggumu," kata Niku.
Sesampainya di
rumah, Papa Bunglon langsung memeluk
erat anaknya yang sudah seminggu hilang.
Mama Bunglon pun tak kalah erat memeluk Bungli yang sudah sangat
dirindukannya siang dan malam. Hilanglah
sudah kesedihan selama ini, berganti dengan suka ria menyambut kedatangan Bungli.
Mereka merayakan
kembalinya Bungli dengan menari-nari, meloncat dari pohon satu ke pohon lainnya
mengikuti nyanyian angin yang mereka dengar.
Namun, ada sesuatu yang berbeda pada tubuh Bungli.
"Hai, ada
apa dengan badanmu Bungli?" Mengapa badanmu tidak berubah warna seperti
kami?" tanya Papa Bunglon keheranan, sambil melihat tubuh Bungli yang
tetap berwarna coklat walaupun berada diatas daun yang berwarna hijau.
Tubuh bunglon dapat
berubah-ubah warnanya menyerupai warna disekitarnya, sehingga tidak mudah
dilihat oleh musuh. Tapi tidak dengan Bungli
hari itu, tubuhnya tetap berwarna coklat walaupun dia berada di
atas dedaunan yang berwarna hijau.
"Aku tidak
tahu Pa, waktu itu aku sedang bermain di pohon bambu bersama temanku, tiba-tiba
saja tubuhku tidak bisa berubah warna. Semua temanku pergi, tapi aku takut
pulang,“ jelas Bungli.
“ Akhirnya aku tetap bersembunyi di pohon
bambu, sampai aku mendengar suara Niku memanggilku,“ lanjut Bungli mengakhiri
ceritanya.
"Baiklah, kita
tunggu beberapa hari lagi ya Bungli, nanti Mama buatkan obat ramuan nenek, dan jangan lupa berdoa supaya tubuhmu seperti semula," kata Mama Bunglon
dengan lembut.
Walaupun tubuh belum
bisa berubah warna lagi, tetapi ia senang karena sudah berada di tengah
keluarganya yang ia cintai. Ada Papa dan
Mama Bunglon, juga teman-temannya yang pasti akan menolongnya bila ada musuh
menyerangnya. Setiap hari Bungli minum
obat ramuan yang dibuat Mama Bunglon, dan tidak lupa berdoa agar tubuhnya bisa
kembali seperti sediakala. Sejak hari
itu Bungli tidak bersembunyi lagi, ia sudah
berani bermain bersama temannya.

Komentar
Posting Komentar