Langsung ke konten utama

Geri Si Gurita Biru

 


 


 Sejak kedua orang tuanya tertangkap, Geri Gurita hidup sebatang kara.  Tidak ada penghuni laut lain yang mau menemaninya bermain.  Seluruh penghuni laut takut melihatnya, karena Geri adalah  gurita berwarna biru.

“Jangan bermain dengan Geri, nanti kamu tertular penyakitnya lho.  Atau bisa saja sebetulnya dia adalah monster laut yang  sewaktu-waktu memangsa kamu,” kata  bintang laut.

“Memangnya Si Geri sakit apa ?” tanya kuda laut penasaran.

“Aku tidak tahu kuda laut, tapi lihat saja mana ada sih gurita berwarna biru?” tukas bintang laut kesal.

“Sana kalau kamu mau bermain dengannya, kalau kamu tidak takut.   Tapi aku tidak mau menemanimu,” tegas bintang laut

“Tentu tidak, aku hanya bertanya penyakit apa yang menyerang Geri,” tukas kuda laut.

Tak jauh situ Geri sedang bersembunyi di balik terumbu karang yang rimbun, ia sangat sedih mendengar percakapan mereka.  Ini bukan pertama kalinya ia mendengar percakapan yang membuatnya sedih, sehingga  Geri tumbuh menjadi gurita yang tidak percaya diri, ia tak berani menampakkan dirinya kepada siapapun. Ia hanya bisa menangis bila mendengar hinaan dari penghuni laut yang menyudutkannya.

“Hai Geri … tak usah menangis.” Suara itu membuat Geri terkejut sehingga tanpa sengaja ia mengeluarkan tinta dari dari badannya, yang membuat tempat sekitarnya  menjadi hitam gelap dan Geri tak terlihat.

“Woooow … mengapa kau sembur aku ?” teriak ikan dori  sambil menjauhi tinta hitam yang dikeluarkan oleh Geri.

“Aku tak bisa melihatmu Geri, kamu di mana?” teriak ikan dori lagi.

“Maafkan aku … maafkan aku, aku tak bermaksud memberimu tinta.  Aku tak sengaja karena aku terkejut.” Terdengar suara Geri dari balik tinta hitam itu.  ia berusaha menembus tinta hitam itu untuk mencari tahu siapa yang menyapanya tadi.

Ia terkejut melihat ikan kecil berwarna biru yang sedang berenang di dekatnya.

“Kau … kaukah yang menyapa aku tadi?” tanya Geri  tak percaya.

“Mengapa badanmu berwarna biru, kamu sedang sakit?” tanya Geri

Sepanjang hidupnya Geri belum pernah melihat ikan berwarna biru.

“Aku ikan dori, warnaku memang biru.  Sejak lahir badanku memang berwarna biru,” jelas ikan dori.

“Aku juga tidak sakit, kata ibu sejak lahir aku memang berwarna biru.  Seandainya ibu masih ada tentu ia akan menjelaskan kepada penghuni laut bahwa aku tidak sakit dan bukan monster seperti yang sering mereka katakan,” ceritanya dengan sedih.

“Mengapa aku harus berbeda dengan cumi lainnya ya?” keluh Geri.

“Sudahlah, lihat siripku,” kata ikan dori sambil menunjukkan sirip kanannya.

“Sirip kananku lebih kecil dibanding sirip kiriku ‘kan?” tanya ikan dori sambil berputar untuk menunjukkan  kedua siripnya yang berbeda.

“Aku juga dulu merasa malu tetapi sekarang tidak lagi, aku masih bisa berenang walau tak secepat temanku,”  lanjutnya, lalu ia berteriak.

“Lihat ikan besar itu akan memangsa kuda laut, kamu harus menolongnya Geri,” teriak ikan dori.

Ikan dori tahu seekor gurita bisa mengeluarkan tinta hitamnya untuk melindungi diri dari serangan musuh.  Secepat kilat Geri menuju ke tempat kuda laut berada, lalu ia mengeluarkan tintanya sehingga ikan besar tak bisa melihat kuda laut.  Hari itu Geri menyelamatkan kuda laut, dan sejak saat itu tak ada lagi yang takut kepada Geri, seluruh penghuni laut senang berteman dengannya.

 


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bubun Buncis Takut Malam

       B ubun buncis sedang ketakutan.   Sejak sore tadi ayah, ibu dan kedua adiknya pergi ke rumah paman. “Bun, kali ini kamu tidak boleh ikut ya. Ibu tak enak kalau kedatanganmu nanti akan menulari anggota keluarga   paman.   Besok kalau kau sudah sembuh, ibu berjanji akan mengantarmu mengunjungi paman,” jelas ibu sebelum mereka pergi. “Kami tak akan lama, sebelum gelap pasti sudah kembali,” lanjut ibu. Bubun Buncis terpaksa menuruti saran ibunya, karena ia memang sedang sakit flu berat. “Tapi janji ya, jangan pulang malam-malam.   Aku pasti ketakutan sendirian di rumah,” pinta Bubun Buncis. Sudah empat jam mereka pergi, matahari mulai tenggelam.   Namun, ayah, ibu dan kedua adik Bubun belum juga tiba di rumah.   Bubun mulai gelisah, dia berjalan mondar-mandir di halaman rumah menunggu kedatangan keluarganya. Hari kemudian berubah menjadi gelap, Bubun hanya sendirian di rumahnya.   Ini adalah pengalaman pertama Bubun...

Mimi Kelinci Sang Penolong

    Mimi Kelinci menegakkan telinga panjangnya, sayup-sayup ia   mendengar suara minta tolong.     Ia   mulai berjalan ke arah   suara itu berasal.   Kakinya yang lincah mulai melompat melewati setiap hambatan yang ia temui. “Aku harus menemukan siapa pemilik suara itu,   sepertinya ia dalam bahaya,” pikirnya. Walaupun ia sudah berjalan cukup jauh, akan tetapi Mimi belum   bisa menemukan dari mana   suara itu berasal.   Mimi hampir putus asa karena tak bisa menemukan pemilik suara itu. Untunglah suara itu terdengar lagi. “Toloooong.” Suara itu kini terdengar lebih dekat. Hanya dengan beberapa lompatan, Mimi Kelinci sudah bisa menemukan siapa yang meminta tolong itu. Seekor anak penyu berada di tengah jalan aspal dan sebuah mobil yang melaju kencang sedang berjalan ke arah anak penyu itu. Tanpa pikir panjang Mimi Kelinci   menggendong anak penyu itu, lalu membawanya   ke pinggir jalan.   “Untunglah...

Janji si Lebah

  Tutu semut tak bisa menyembunyikan rasa takutnya.   Kini, badannya sedang   terombang-ambing mengikuti gerakan ransel biru yang sedang digendong oleh Alit, seorang anak laki-laki pemilik ransel itu.    Tutu tak tahu kemana Alit akan pergi, ia tak sengaja ikut dalam ransel itu.   Kalau saja ia mendengar nasehat teman-temannya, mungkin saat ini Tutu tak harus menahan takutnya bergelantungan di ujung ransel itu.   Beberapa menit yang lalu, segerombolan semut mencium aroma manis dari sebuah ransel biru tua yang tergeletak di lantai.   “Teman-teman, disini ada roti kering manis,” teriak Pimpim Semut. ”Ayo bentuk barisan, kita kumpulkan remah-remah roti kering ini untuk persedian kita.” Pimpim Semut mengajak semut yang lain. Tanpa menunggu lama, gerombolan semut itu langsung membentuk barisan   menuju ransel itu untuk mengumpulkan roti kering itu, juga Tutu.   Ini pengalaman pertama buat Tutu, sebelumnya ia belum diperbolehkan ka...