Manta adalah ikan pari kecil, yang hidup di dasar laut
yang dalam. Walaupun ia masih kecil, akan tetapi hampir
semua tempat sudah dijelajahinya. Ia ikan
yang sangat pemberani, semua orang tahu dan tak meragukan keberaniannya dalam
hal berpetualang.
Cerita tentang Manta yang sangat pemberani ini, sampai juga ke telinga Dorin si ikan berwarna biru
yang penakut. Dorin tidak pernah bermain
jauh dari rumahnya. Hal inilah yang
membuatnya sering diejek oleh teman-temannya.
Maklum saja, Dorin hidup sebatang kara sejak kedua orang tuanya mati
terkena bom buatan manusia. Tidak pernah
ada yang mengajari Dorin untuk berani.
Kadang, Dorin merasa iri melihat Nuna yang selalu diajari ayahnya untuk
berani. Tak jarang Nuna berenang jauh
sekali melihat keindahan laut di bagian lain ditemani ayahnya. Pernah suatu hari Dorin ingin ikut bermain
bersama Nuna, akan tetapi Nuna malah mengejeknya sebagai ikan yang
penakut. Hal ini membuat Dorin menjadi
sedih dan takut berteman dengan ikan lainnya.
Setelah mendengar cerita tentang Manta, Dorin ingin
sekali berkenalan dengan Manta. Ia
merasa yakin, Manta akan menerimanya dan menjadi seorang teman yang baik
baginya. Maka pergilah Dorin mencari
Manta.
“Manta….Manta…Manta,” teriak Dorin dengan suara
lantang.
Dorin bersembunyi diantara terumbu karang yang hidup
di situ, agar tak terlihat oleh ikan lain yang bisa saja memangsanya. Ia mulai gelisah setelah menunggu beberapa
lama, Manta tak juga muncul.
“Kemana ya Manta?” tanyanya dalam hati.
“Jangan-jangan ia sedang pergi ke tempat lain,”
pikirnya.
“Lebih baik aku pulang saja, besok aku kembali lagi
untuk mencarinya.” Dorin membalikkan
badannya hendak meninggalkan tempat itu.
Namun ia sangat terkejut karena Manta sudah berada tepat di depannya.
“Haaaa……,” teriaknya sambil membelakan matanya.
“Kamu siapa…mengapa kamu memanggil-manggil namaku
sejak tadi?” tanya Manta.
“Oh ini Manta ikan pari yang pemberani itu, gagah juga
dia, gerakanya sangat indah saat ia bergerak,” kata Dorin dalam hatinya.
Ia benar-benar
tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya saat melihat Manta yang berada di depannya.
“Haaaaaiiii…,” teriak Manta mengagetkan Dorin.
Kali ini Dorin benar-benar kaget mendengar teriakan
Manta yang terdengar keras baginya.
“Kenapa kamu bengong melihatku?” tanya Manta.
“Aku kereeeenkan…..hahhaha?” canda
Manta yang tak bisa menyembunyikan tawanya melihat Dorin yang sejak tadi
memanggil-manggilnya, kini diam seribu bahasa saat melihatnya.
Kemudian Manta mulai bergerak meliuk-liukkan badannya,
berenang mengelilingi Dorin, membuat Dorin terdiam di tempatnya memperhatikan
gerakan Manta.
“Siapa namamu ikan biru?” tanya Manta yang tiba-tiba
sudah berada tepat di muka Dorin lagi.
“Dorin…aku Dorin,” teriak Dorin segera.
“Mau apa kamu mencariku?” tanya Manta, “Rasanya aku
tidak mengenalmu ikan biru.”
“Aku mau berteman denganmu, aku ingin berpetualang
bersamamu” teriak Dori.
“Hei, kamu tak usah berteriak, aku bisa mendengarmu, kok,” gumam si Manta.
Ya, walaupun Manta adalah ikan pari kecil, tetap saja
terlihat jauh lebih besar dari Dorin.
Itulah sebabnya Dorin seringkali berteriak-teriak saat berbicara pada
Manta. Pikirnya Manta tak bisa mendengar
suaranya yang kecil.
Sejak hari itu Manta dan Dorin bersahabat baik. Mereka sering bermain bersama, mengelilingi
tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi Dorin. Alangkah senangnya hati Dorin, akhirnya ia
mendapat sahabat yang sangat baik, dan bisa membawanya bermain ke tempat yang
selalu ingin ia kunjungi. Lama kelamaan,
tanpa disadari, Dorin tumbuh menjadi ikan yang pemberani seperti Manta. Tak seperti diawal pertemanan mereka, Dorin
kadang takut bila Manta mengajaknya bermain ke tempat jauh. Namun Manta tak pernah bosan menyemangati
sahabatnya itu. Kini, ke mana pun Manta
mengajaknya, Dorin tak pernah menolaknya.
“Dorin, aku pernah mendengar
ada kapal karam di daerah utara, konon di dalamnya ada banyak benda-benda yang
sangat bagus. Besok aku berencana untuk
pergi ke sana,” cerita Manta.
“Ayo ikut denganku” ajak Manta pada Dorin.
“Tapi itu sangat jauh Manta,” cegah Dorin.
“Apa kita kuat
sampai sana, apalagi aku, ingat aku jauh lebih kecil darimu,” jelas
Dorin. Ia kelihatan ragu untuk mengikuti
ajakkan temannya itu.
“Tenang saja, aku akan selalu melindungimu….percaya
sajalah padaku,” tegas Manta.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Manta dan Dorin bertemu di tempat yang mereka
sepakati. Kedua ikan itu pergi bersama, seperti biasa
Dorin berenang tepat di atas punggung Manta.
Sangat menyenangkan bepergian bersama Manta, karena ia punya badan yang
lebar. Tentunya ini menjadi tempat
perlindungan bagi Dorin yang mempunyai badan lebih kecil dari Manta. Manta
selalu dengan sigap melindungi badan Dorin, bila tiba-tiba ada arus atau ikan
yang akan memangsa Dorin. Badan Dorin yang
berwarna biru seringkali mengundang binatang lain untuk memangsanya.
“Lihat itu kapal karam yang diceritakan itu,” seru
Manta dengan gembira.
“Wow besar sekali, pantas saja bila mereka mengatakan
banyak benda bagus di dalamnya,” teriak Dorin tak kalah bersemangat.
“Pasti dulu itu kapal pesiar yang sering dipakai oleh
manusia berwisata melihat tempat-tempat indah,” jelas Manta.
“Oya?” tanya Dorin…”Tahu dari mana kamu?”
“Orang tuaku pernah menceritakannya padaku,” jelas
Manta.
“Ah, betapa beruntungnya kamu punya orang tua, Manta,”
bisik Dorin lirih.
“Sudahlah, sekarang kamu’kan punya aku sahabatmu, yang
bisa membawamu ke tempat-tempat yang ingin kau kunjungi, tidakkah kau merasa
bersyukur?” sergah Manta yang tak ingin temannya itu sedih.
“Ya Manta, aku sangat bersyukur punya teman
sepertimu,” jawab Dorin.
Mereka sudah berada di dekat kapal karam itu, saat dikejutkan oleh teriakan manusia.
“Hai itu ada ikan biru….wow bagus sekali,” kata
seorang penyelam.
“Ayo kita tangkap,” seru penyelam lainnya.
Ada lima orang penyelam di dekat kapal karam itu. Manta dan Dori tidak tahu sedang apa mereka
di sana. Namun, mereka sangat terkejut
saat seorang penyelam mulai mendekati Dori.
Dia akan menangkap Dori! Dori
berusaha berenang sejauh mungkin untuk menghindari penyelam itu.
Ia masuk ke dalam kapal karam itu.
Gelap! Dori tak bisa melihat apa-apa.
Ia mulai panik, ketakutan. Belum pernah
ia berada di tempat segelap ini. Dori
ingin menangis, tapi ia menahannya.
“Kalau aku menangis, aku akan lebih mudah ditangkap,”
pikirnya.
“Aku harus kuat!....Harus berani!” Ia menyemangati dirinya.
Dorin bersembunyi di balik sebuah celah runtuhan kayu
yang sempit, maksudnya supaya penyelam itu tak bisa mencapainya. Ia mengatur nafasnya sejenak, sambil berharap
penyelam itu tak menemukannya.
“Manta, dimana
Manta?” Ia baru ingat bila ia tadi pergi bersama Manta.
“Aku sampai melupakan Manta untuk menghindari kejaran
penyelam itu,” pikirnya.
“Manta…Manta….Manta,” panggilnya.
Namun, sahabatnya itu tak kunjung menjawab. Tanpa disadari, ia keluar dari
persembunyiannya untuk mencari Manta.
Namun malang, ia malah masuk jaring perangkap si penyelam. Rupanya si penyelam memasang perangkap untuk
menjebak ikan buruannya itu. Dorin
terkejut saat menyadari ia berada dalam jaring perangkap penyelam itu.
“Tidak..aku tidak boleh tertangkap, aku tak mau
meninggalkan laut ini,” pikirnya.
“Aku harus bisa melepaskan diri.” Dori menyemangati dirinya.
Dilihatnya sekeliling jerat itu, ia melihat ada celah
kecil di ujung kanan jaring. Ia berenang
menuju celah itu, namun ternyata celah itu sangat kecil. Karena terburu-buru, membuatnya tidak
berhati-hati.
“Aduuuuuh,” teriaknya.
Sirip kanannya mengenai serpihan kayu tajam yang tak
terlihat olehnya. Siripnya terluka! Kali ini Dorin benar-benar menangis. Ia tak peduli lagi akan tertangkap atau
tidak. Siripnya sangat sakit, membuatnya
tak bisa berenang dan akhirnya terjatuh ke atas sebuah batu, yang letaknya tak
jauh dari situ. Ia terus berusaha
menggerakan siripnya, tapi tak bisa.
“Bagaimana aku akan pulang, siripku saja tak bisa
kugerakan,” isaknya.
“Manta…Manta…kamu di mana Manta?” katanya lirih.
Dorin merasa putus asa. Ia tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan.
Ia hanya bisa terbaring di tempatnya, sambil sesekali berusaha menggerakkannya
siripnya agar dirinya bisa bangkit, namun selalu gagal.
Tak lama kemudian ia mendengar suara tak jauh darinya,
di balik bongkahan kayu yang menutupinya.
Dorin semakin ketakutan.
“Jangan-jangan penyelam itu tahu di mana aku berada,
sepertinya ia sedang mengangkat jaring yang dipasangnya,” pikirnya.
Namun, ia mendengar ada yang memanggil namanya.
“Dorin….Dorin…kamu di mana?” Dorin hapal betul suara
itu.
“Mantaaa…..Manta, aku ada di balik bongkahan kayu yang
ada di depanmu,” seru Dorin kegirangan.
Ia tak mengira bila ternyata suara yang didengarnya itu adalah suara
Manta.
“Sirip kananku terluka, aku tak bisa bergerak,” kata
Dorin.
“Tunggu aku,” seru Manta.
Tak lama kemudian, Manta sudah berada di depan
Dorin. Manta terkejut melihat Dorin
terbaring di atas batu dan tak berdaya.
“Maafkan aku Dorin, kalau aku tak mengajakmu ke tempat
ini, mungkin kamu takkan terluka,” sesal Manta.
“Kamu tidak salah Manta, aku yang memutuskan untuk
ikut denganmu,” jawab Dorin.
“Karena siripmu terluka, kamu bisa berbaring di atas
punggungku. Aku akan membawamu pulang,”
jelas Manta.
Manta mengangkat
dan membaringkan tubuh sahabatnya itu ke atas punggungnya dan segera berenang
dengan cepat dan lincah, seolah sedang terbang melintasi lautan luas. Dorin menikmati perjalanan pulangnya, ia tak
harus susah payah berenang, ia cukup berbaring di punggung Manta, seperti di atas
karpet terbang. Ia semakin kagum pada sahabatnya
itu, hingga sakitnya tak terasa lagi.
Hari itu Dorin bermalam di rumah keluarga Manta. Orang tua Manta menerima kehadiran Dorin
dengan baik, mengobati lukanya dengan obat
yang diramu khusus untuk Dori hingga sembuh. Dorin merasakan kehangatan keluarga Manta, ia
seolah mempunyai keluarga baru setelah sekian lama hidup sendiri. Ia bersyukur kini tak lagi sebatang kara, ia punya sahabat dan
keluarga yang sangat baik.

Komentar
Posting Komentar