Langsung ke konten utama

Jodi si Gembala Kelinci

 




Jodi kesal setelah ia membaca pesan yang dikirim Bram pagi tadi.  Harusnya hari ini Jodi dan Bram akan berenang bersama, tetapi hari ini sepupu Bram datang, sehingga Bram harus menemaninya.  Mau tak mau janji mereka batal. 

“Aku mau ngapain di rumah?” keluhnya.

“Sudah jangan cemberut gitu, setiap orang kan punya acara masing-masing.  Bram juga kan tidak tahu kalau sepupunya akan datang,” kata Mama yang sejak tadi memperhatikan Jodi.

“Ayo ikut Mama ke pasar.” Mama menawarkan Jodi untuk ikut dengannya.

“Sesekali temani Mama ke pasar, daripada diam di rumah dan kesal,” lanjut Mama.

Seperti biasa, Hari Minggu pagi adalah waktunya Mama berbelanja ke pasar tradisional.  Mama memang selalu berbelanja untuk seminggu ke depan, biar tidak bolak-balik belanja kata Mama. Biasanya Mama ditemani Papa ke pasar, tetapi hari ini Papa tak bisa menemani karena sedang dinas di luar kota.

“Hmm benar juga Mama, daripada aku diam di rumah lebih baik aku menemani Mama ke pasar,” pikir Jodi.

“Ma….Mama, aku ikut ya.”  Jodi berteriak memanggil Mama yang sedang mengeluarkan mobil dari garasi.  Jodi berlari ke arah mobil, agar Mama bisa melihatnya. Setengah jam kemudian merek sudah tiba di pasar.  Jodi membawakan tas belanja Mama dan berjalan di belakangnya.  Langkah Jodi terhenti ketika ia melihat penjual kelinci.  Matanya tertuju pada kelinci putih bermata merah yang ada dalam kandang kayu  penjual itu.

“Lucu sekali kelinci itu,” pikirnya.

“Ma,...Mama aku ingin melihat kelinci itu,” kata Jodi sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah kelinci itu.

“Boleh, tapi kamu janji hanya di tempat itu ya.  Nanti Mama susah mencarimu, kalau kamu pergi ke tempat lain,” kata Mama.

“Ya, Ma…Jodi tunggu di sini,” kata Jodi, kemudian lari ke tempat penjual kelinci berada.

“Mau beli kelinci ya, Dik?” tanya penjual kelinci itu.

“Saya mau melihat-lihat dulu pak,” jawab Jodi sambil berusaha mengelus kepala kelinci putih yang dilihatnya tadi dari balik kandang.  Kelinci putih itu seperti mengerti apa yang dipikirkan Jodi. Ia mendekati Jodi, hingga tangan Jodi bisa mengelusnya.

“Ah lucu sekali kelinci ini,” pikirnya dalam hati.

Melihat Jodi yang tertarik pada kelinci putihnya, pak penjual membuka kandang kelinci itu.  Ia mengambil kelinci putih itu dari kandangnya dan memberikan pada Jodi.

“Nih, kamu boleh memegangnya,” katanya sambil menyerahkan kelinci putih itu kepada Jodi.

Jodi ragu-ragu memegangnya karena ia belum pernah sekali pun memegang kelinci.

“Ayo, jangan takut, Dik.  Kelinci itu binatang yang jinak dan baik lho, ia tak akan mengigit.” Penjual kelinci itu memberi semangat pada Jodi untuk tak takut memegang kelinci itu.

 Mendengar penjelasan penjual kelinci itu, Jodi mengulurkan tangannya.  Jodi merasakan betapa halusnya bulu kelinci, lama kelamaan Jodi sudah terbiasa dengan kelinci putih itu.  Kini Jodi berani memeluk kelinci putih itu, dan tak bosan membelai bulu halusnya, Jodi sangat menyukai kelinci itu.

“Kamu bisa memeliharanya di rumah, Dik.  Mudah kok memelihara kelinci, kamu pasti bisa,” kata penjual kelinci.

“Aku harus izin Mama dulu, Pak,” kata Jodi yang masih memeluk kelinci putih itu.

“Boleh kok, Mama izinkan kamu memelihara kelinci,” kata Mama yang rupanya sejak tadi sudah memperhatikan Jodi.

“Asal, kamu tidak malas untuk membersihkan kandang kelincinya ya,” sahut Mama.

“Pasti, Ma. Jodi akan membersihkannya setiap hari.” Jodi berjanji pada Mama akan membersihkan kandang kelinci. 

Mama tahu Jodi adalah penyayang binatang.  Sejak lama Jodi minta dibelikan kelinci, tapi karena Jodi masih terlalu kecil, Mama belum mengizinkannya.  Sebagai gantinya Mama sering membawa Jodi ke rumah paman yang mempunyai banyak hewan peliharaan. 

Siang itu Mama membelikan Jodi sepasang kelinci berwarna putih.

“Dua ekor ,Ma?” tanya Jodi tak percaya.

“Iya, supaya ada temannya nanti, kasihan kan kalau sendirian,” jawab Mama.

Jodi pulang dengan hati yang gembira sambil membawa kedua kelincinya.

Mama meminta tolong Pak Marso untuk membuatkan kandang untuk kelinci baru Jodi. 

“Hai kelinci.  Namaku Jodi…mulai hari ini kita akan berteman ya,” kata Jodi pada kedua kelincinya.

“Kalian kuberi nama Bobo dan Bubu,” lanjutnya.

Mama senang melihat Jodi selalu memelihara Bobo dan Bubu dengan baik.  Setiap hari ia tak pernah lupa membersihkan kandang kelincinya, dan tak pernah terlambat memberi makan kedua kelincinya itu.

Semakin hari Bobo dan Bubu semakin besar, hingga suatu hari perut Bubu membesar.

“Ma, Bubu sakit Ma,” kata Jodi cemas.  Jodi berlari ke dapur mencari Mama yang sedang masak.

“Ma, Mama harus lihat, kasihan Bubu, Ma, perutnya membesar,” ajak Jodi.

Mama berjalan dibelakang Jodi, mengikutinya sampai ke kandang kelinci.  Jodi mengambil Bubu dari kandangnya dan diletakkannya di lantai dekat kaki Mama.  Mama jongkok memperhatikan perut Bubu, lalu Mama tertawa.

“Kok Mama tertawa sih?” tanya Jodi penasaran.

“Jodi, perut Bubu nggak apa-apa.  Bubu tidak sakit, Nak.  Jodi sedang mengandung anaknya, sebentar lagi ia akan punya anak.” Mama menjelaskan.

“Betulkah, Ma?” Kali ini Jodi gembira mendengar penjelasan Mama.

“Betul Jodi, mulai sekarang kamu harus lebih rajin merawat kelincimu agar sehat terus sampai ia melahirkan,” jelas Mama.

Seperti yang dikatakan Mama, Jodi semakin rajin memelihara kedua kelincinya, terutama Bubu.  Mama membantu Jodi mempersiapkan kandang baru yang sudah dibuat Pak Marso untuk menyambut kedatangan bayi-bayi kelinci. 

“Ma….Mama….” Jodi berteriak memanggil Mama.  Mama dan Papa yang mendengar teriakan Jodi bergegas mencari Jodi yang berada di halaman belakang.

“Ada apa Jodi, kok pagi-pagi sudah teriak-teriak?” tanya Papa.

Mereka khawatir terjadi sesuatu pada Jodi.

“Lihat Pa, Ma!” seru Jodi sambil menunjuk ke sudut kandang Bubu. Di sana ada beberapa bayi kelinci yang berkumpul saling berdesakkan, seperti kedinginan.

“Oh, Bubu sudah melahirkan,” sahut Mama.

“Ayo hitung berapa jumlahnya, sekalian kita pindahkan ke kandang yang baru,” perintah Mama.

Bayi-bayi kelinci itu dipindahkan ke dalam kandang baru yang sudah disiapkan.  Kandang yang hangat, agar mereka tidak kedinginan dan bisa bertahan hidup sampai mereka besar.

“Ada sepuluh ekor, Ma,” kata Jodi dengan gembira.  Ia sangat gembira melihat kelincinya yang sebelumnya hanya dua ekor, kini ia mempunyai dua belas ekor kelinci.

“Wah banyak sekali kelincimu, Jodi,” kata Papa.

“Mulai hari ini Papa akan menamaimu Jodi si Penggembala Kelinci,” kata Papa yang disambut gelak tawa Jodi dan Mama.

 

 

***

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bubun Buncis Takut Malam

       B ubun buncis sedang ketakutan.   Sejak sore tadi ayah, ibu dan kedua adiknya pergi ke rumah paman. “Bun, kali ini kamu tidak boleh ikut ya. Ibu tak enak kalau kedatanganmu nanti akan menulari anggota keluarga   paman.   Besok kalau kau sudah sembuh, ibu berjanji akan mengantarmu mengunjungi paman,” jelas ibu sebelum mereka pergi. “Kami tak akan lama, sebelum gelap pasti sudah kembali,” lanjut ibu. Bubun Buncis terpaksa menuruti saran ibunya, karena ia memang sedang sakit flu berat. “Tapi janji ya, jangan pulang malam-malam.   Aku pasti ketakutan sendirian di rumah,” pinta Bubun Buncis. Sudah empat jam mereka pergi, matahari mulai tenggelam.   Namun, ayah, ibu dan kedua adik Bubun belum juga tiba di rumah.   Bubun mulai gelisah, dia berjalan mondar-mandir di halaman rumah menunggu kedatangan keluarganya. Hari kemudian berubah menjadi gelap, Bubun hanya sendirian di rumahnya.   Ini adalah pengalaman pertama Bubun...

Mimi Kelinci Sang Penolong

    Mimi Kelinci menegakkan telinga panjangnya, sayup-sayup ia   mendengar suara minta tolong.     Ia   mulai berjalan ke arah   suara itu berasal.   Kakinya yang lincah mulai melompat melewati setiap hambatan yang ia temui. “Aku harus menemukan siapa pemilik suara itu,   sepertinya ia dalam bahaya,” pikirnya. Walaupun ia sudah berjalan cukup jauh, akan tetapi Mimi belum   bisa menemukan dari mana   suara itu berasal.   Mimi hampir putus asa karena tak bisa menemukan pemilik suara itu. Untunglah suara itu terdengar lagi. “Toloooong.” Suara itu kini terdengar lebih dekat. Hanya dengan beberapa lompatan, Mimi Kelinci sudah bisa menemukan siapa yang meminta tolong itu. Seekor anak penyu berada di tengah jalan aspal dan sebuah mobil yang melaju kencang sedang berjalan ke arah anak penyu itu. Tanpa pikir panjang Mimi Kelinci   menggendong anak penyu itu, lalu membawanya   ke pinggir jalan.   “Untunglah...

Geri Si Gurita Biru

      Sejak kedua orang tuanya tertangkap, Geri Gurita hidup sebatang kara.   Tidak ada penghuni laut lain yang mau menemaninya bermain.   Seluruh penghuni laut takut melihatnya, karena Geri adalah   gurita berwarna biru . “Jangan bermain dengan Geri, nanti kamu tertular penyakitnya lho.   Atau bisa saja sebetulnya dia adalah monster laut yang   sewaktu-waktu memangsa kamu,” kata   bintang laut . “Memangnya Si Geri sakit apa ?” tanya kuda laut penasaran. “Aku tidak tahu kuda laut, tapi lihat saja mana ada sih gurita berwarna biru?” tukas bintang laut kesal. “Sana kalau kamu mau bermain dengannya, kalau kamu tidak takut.    Tapi aku tidak mau menemanimu,” tegas bintang laut “Tentu tidak, aku hanya bertanya penyakit apa yang menyerang Geri,” tukas kuda laut. Tak jauh situ Geri sedang bersembunyi di balik terumbu karang yang rimbun, ia sangat sedih mendengar percakapan mereka.   Ini bukan pertama kalinya ia mende...