Jodi kesal setelah ia membaca
pesan yang dikirim Bram pagi tadi.
Harusnya hari ini Jodi dan Bram akan berenang bersama, tetapi hari ini
sepupu Bram datang, sehingga Bram harus menemaninya. Mau tak mau janji mereka batal.
“Aku mau ngapain di rumah?”
keluhnya.
“Sudah jangan cemberut gitu,
setiap orang kan punya acara masing-masing.
Bram juga kan tidak tahu kalau sepupunya akan datang,” kata Mama yang
sejak tadi memperhatikan Jodi.
“Ayo ikut Mama ke pasar.” Mama
menawarkan Jodi untuk ikut dengannya.
“Sesekali temani Mama ke
pasar, daripada diam di rumah dan kesal,” lanjut Mama.
Seperti biasa, Hari Minggu
pagi adalah waktunya Mama berbelanja ke pasar tradisional. Mama memang selalu berbelanja untuk seminggu
ke depan, biar tidak bolak-balik belanja kata Mama. Biasanya Mama ditemani Papa
ke pasar, tetapi hari ini Papa tak bisa menemani karena sedang dinas di luar
kota.
“Hmm benar juga Mama, daripada
aku diam di rumah lebih baik aku menemani Mama ke pasar,” pikir Jodi.
“Ma….Mama, aku ikut ya.” Jodi berteriak memanggil Mama yang sedang
mengeluarkan mobil dari garasi. Jodi
berlari ke arah mobil, agar Mama bisa melihatnya. Setengah jam kemudian merek
sudah tiba di pasar. Jodi membawakan tas
belanja Mama dan berjalan di belakangnya.
Langkah Jodi terhenti ketika ia melihat penjual kelinci. Matanya tertuju pada kelinci putih bermata
merah yang ada dalam kandang kayu penjual itu.
“Lucu sekali kelinci itu,”
pikirnya.
“Ma,...Mama aku ingin melihat
kelinci itu,” kata Jodi sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah kelinci
itu.
“Boleh, tapi kamu janji hanya
di tempat itu ya. Nanti Mama susah
mencarimu, kalau kamu pergi ke tempat lain,” kata Mama.
“Ya, Ma…Jodi tunggu di sini,”
kata Jodi, kemudian lari ke tempat penjual kelinci berada.
“Mau beli kelinci ya, Dik?”
tanya penjual kelinci itu.
“Saya mau melihat-lihat dulu
pak,” jawab Jodi sambil berusaha mengelus kepala kelinci putih yang dilihatnya
tadi dari balik kandang. Kelinci putih
itu seperti mengerti apa yang dipikirkan Jodi. Ia mendekati Jodi, hingga tangan
Jodi bisa mengelusnya.
“Ah lucu sekali kelinci ini,”
pikirnya dalam hati.
Melihat Jodi yang tertarik pada kelinci putihnya, pak
penjual membuka kandang kelinci itu. Ia
mengambil kelinci putih itu dari kandangnya dan memberikan pada Jodi.
“Nih, kamu boleh memegangnya,”
katanya sambil menyerahkan kelinci putih itu kepada Jodi.
Jodi ragu-ragu memegangnya karena ia belum pernah
sekali pun memegang kelinci.
“Ayo, jangan takut, Dik. Kelinci itu binatang yang jinak dan baik lho,
ia tak akan mengigit.” Penjual kelinci itu memberi semangat pada Jodi untuk tak
takut memegang kelinci itu.
Mendengar
penjelasan penjual kelinci itu, Jodi mengulurkan tangannya. Jodi merasakan betapa halusnya bulu kelinci,
lama kelamaan Jodi sudah terbiasa dengan kelinci putih itu. Kini Jodi berani memeluk kelinci putih itu,
dan tak bosan membelai bulu halusnya, Jodi sangat menyukai kelinci itu.
“Kamu bisa memeliharanya di
rumah, Dik. Mudah kok memelihara
kelinci, kamu pasti bisa,” kata penjual kelinci.
“Aku harus izin Mama dulu,
Pak,” kata Jodi yang masih memeluk kelinci putih itu.
“Boleh kok, Mama izinkan kamu
memelihara kelinci,” kata Mama yang rupanya sejak tadi sudah memperhatikan
Jodi.
“Asal, kamu tidak malas untuk
membersihkan kandang kelincinya ya,” sahut Mama.
“Pasti, Ma. Jodi akan
membersihkannya setiap hari.” Jodi berjanji pada Mama akan membersihkan kandang
kelinci.
Mama tahu Jodi adalah
penyayang binatang. Sejak lama Jodi minta
dibelikan kelinci, tapi karena Jodi masih terlalu kecil, Mama belum
mengizinkannya. Sebagai gantinya Mama
sering membawa Jodi ke rumah paman yang mempunyai banyak hewan peliharaan.
Siang itu Mama membelikan Jodi sepasang kelinci
berwarna putih.
“Dua ekor ,Ma?” tanya Jodi tak
percaya.
“Iya, supaya ada temannya
nanti, kasihan kan kalau sendirian,” jawab Mama.
Jodi pulang dengan hati yang gembira sambil membawa
kedua kelincinya.
Mama meminta tolong Pak Marso untuk membuatkan kandang
untuk kelinci baru Jodi.
“Hai kelinci. Namaku Jodi…mulai hari ini kita akan berteman
ya,” kata Jodi pada kedua kelincinya.
“Kalian kuberi nama Bobo dan
Bubu,” lanjutnya.
Mama senang melihat Jodi
selalu memelihara Bobo dan Bubu dengan baik.
Setiap hari ia tak pernah lupa membersihkan kandang kelincinya, dan tak pernah
terlambat memberi makan kedua kelincinya itu.
Semakin hari Bobo dan Bubu
semakin besar, hingga suatu hari perut Bubu membesar.
“Ma, Bubu sakit Ma,” kata Jodi
cemas. Jodi berlari ke dapur mencari
Mama yang sedang masak.
“Ma, Mama harus lihat, kasihan
Bubu, Ma, perutnya membesar,” ajak Jodi.
Mama berjalan dibelakang Jodi,
mengikutinya sampai ke kandang kelinci.
Jodi mengambil Bubu dari kandangnya dan diletakkannya di lantai dekat
kaki Mama. Mama jongkok memperhatikan
perut Bubu, lalu Mama tertawa.
“Kok Mama tertawa sih?” tanya
Jodi penasaran.
“Jodi, perut Bubu nggak
apa-apa. Bubu tidak sakit, Nak. Jodi sedang mengandung anaknya, sebentar lagi
ia akan punya anak.” Mama menjelaskan.
“Betulkah, Ma?” Kali ini Jodi
gembira mendengar penjelasan Mama.
“Betul Jodi, mulai sekarang
kamu harus lebih rajin merawat kelincimu agar sehat terus sampai ia
melahirkan,” jelas Mama.
Seperti yang dikatakan Mama,
Jodi semakin rajin memelihara kedua kelincinya, terutama Bubu. Mama membantu Jodi mempersiapkan kandang baru
yang sudah dibuat Pak Marso untuk menyambut kedatangan bayi-bayi kelinci.
“Ma….Mama….” Jodi berteriak
memanggil Mama. Mama dan Papa yang
mendengar teriakan Jodi bergegas mencari Jodi yang berada di halaman belakang.
“Ada apa Jodi, kok pagi-pagi
sudah teriak-teriak?” tanya Papa.
Mereka khawatir terjadi sesuatu pada Jodi.
“Lihat Pa, Ma!” seru Jodi
sambil menunjuk ke sudut kandang Bubu. Di sana ada beberapa bayi kelinci yang
berkumpul saling berdesakkan, seperti kedinginan.
“Oh, Bubu sudah melahirkan,” sahut
Mama.
“Ayo hitung berapa jumlahnya,
sekalian kita pindahkan ke kandang yang baru,” perintah Mama.
Bayi-bayi kelinci itu dipindahkan ke dalam kandang
baru yang sudah disiapkan. Kandang yang
hangat, agar mereka tidak kedinginan dan bisa bertahan hidup sampai mereka
besar.
“Ada sepuluh ekor, Ma,” kata
Jodi dengan gembira. Ia sangat gembira
melihat kelincinya yang sebelumnya hanya dua ekor, kini ia mempunyai dua belas
ekor kelinci.
“Wah banyak sekali kelincimu,
Jodi,” kata Papa.
“Mulai hari ini Papa akan
menamaimu Jodi si Penggembala Kelinci,” kata Papa yang disambut gelak tawa Jodi
dan Mama.
***
Komentar
Posting Komentar